Hilang
Sebuah cerpen oleh Nabilla Utami
Gelap.
Semua
terasa gelap.
Tidak
telihat warna atau bahkan setitik cahaya pun.
Suara
hembusan nafas pun tak ku dengar.
Hanya
ada suara seperti pisau sedang beradu dengan garpu di atas piring.
Di
pusat ruang dingin ini aku berbaring.
Aku tidak ingat bagaimana aku bisa
berada di sini. Apa yang kulakukan, atau apa yang telah terjadi padaku. Mungkin,
namaku saja telah kulupakan. Hanya ada beberapa potongan suatu kejadian yang
sekarang mengambang di kepalaku. Berusaha mengingat kembali itu semua, luar
biasa susahnya. Belum lagi sakit kepala yang sungguh tiada tara. Bagai berusaha
bernostalgia di kala kau amnesia.
Namun aku merasa bahwa aku telah
mengalami ini sebelumnya. Rasa ini, kegelapan ini, dingin ini, bahkan hilangnya
ingatanku pun sudah tidak asing lagi. Namun siapakah aku untuk membuat
kesimpulan, sedangkan aku pun tidak ingat namaku sendiri?
Hanyalah sebuah sentuhan yang kuingat
betul. Bukan seperti sentuhan secara fisik tetapi, lebih ke jiwa. Ada sesuatu
yang telah menyentuh jiwaku begitu dalam, sehingga perasaan ini tak bisa kulupakan.
Suatu benda mungkinkah? Apa seseorang? Siapakah yang telah datang ke hidupku
ini dan membuatku merasa seperti ini?
Siapakah orang itu? Apakah dia yang
selalu datang di mimpi – mimpiku ini? Dia yang menyebut namaku begitu indahnya,
sedangkan aku pun lupa siapa namaku. Dia yang memberiku kehangatan sekaligus
rasa takut akan kehilangan dirinya. Dia yang mengenalkanku kepada dunia yang
penuh dengan kebahagiaan. Dia dengan sentuhannya itu.
Apa mungkin semua ini bukanlah mimpi
namun merupakan bagian dari ingatanku? Tapi, jika pun ini merupakan hidup ku
sebelumnya, mengapa ingatanku samar – samar tentang apa yang terjadi pada
dirinya? Kemanakah lelaki itu pergi menghilang membawa cintaku begitu saja?
Apakah dia tidak kasihan dengan diriku yang sekarang melarat dalam kebingungan?
Aku sangat ingin tahu apa yang terjadi
padanya, dan kenapa ingatanku akan dia hanya sampai situ saja? Mengapa tidak
ada lanjutan dari kisah kita?
Apa
mungkin..
Tidak.
Bukan.
Tidak
mungkin itu dia
Itu…..
hanyalah sebuah mimpi buruk
Atau…
“AAAAAAA”
“Dok dia telah sadar kembali,” kata
sebuah suara di balik warna putih itu.
Aku pun terbangun, dan menyadari bahwa
aku sedang berbaring diatas kasur yang nampaknya seperti di dalam ruangan rumah
sakit. Dua pria dengan jas panjang berwarna putih, dan sebuah alat yang
menggantung pada pundaknya, berjalan perlahan ke arahku.
“Tenangkan dirimu, kau akan baik – baik
saja kok,” sahut salah satu dari mereka.
Aku berusaha untuk melihat sekelilingku,
berharap ada satu/dua hal yang dapat mengingatkanku kembali. Aku melihat tangan
kiriku dililit perban, dan tangan kananku penuh dengan luka kecil.
“Apa yang telah kulakukan?” pikirku.
Lalu, aku menyadari bahwa di samping
tempat tidurku ada sebuah ranjang lagi dan disana terbaring tubuh seorang
lelaki. Layar yang menandakan berakhir sudah atau belum kehidupannya, hanya
bergaris lurus. Nyawa tubuh lelaki itu telah tiada.
“Siapa dia?” tanyaku pada pria berjas
putih panjang ini.
“Kau tidak usah mengkhawatirkan dia,
lupakan saja.”
“Iya, kau tidur saja kembali,” tambah
salah satunya yang sekarang sedang memberiku semacam bius.
“Tapi, aku ingin tahu apa yang terjadi
pada diri dia! Diriku! Tanganku! Semuanya! Mengapa aku bisa disini?? Dan
siapakah kalian?!?!”
“Sudah, sudah. Lupakan saja semua.
Semakin kau lupa, semakin hilang rasa sakitnya.”
Aku mulai merasakan bius itu berjalan
cepat ke sekujur tubuhku.
“Coba tenangkan saja dirimu, lalu
tidurlah kembali. Esok hari kau bangun, sudah hilang semua rasa sakit ini.”
“Iya, jangan sakiti diri kamu lagi ya.”
“Tuh dengar apa kata rekanku, biarkan
saja kematian sendiri dengan urusannya. Tak usah kau ikut campur. Satu nyawa
tak perlu disusul dengan satu lagi.”
Kematian.
Sekarang aku ingat semuanya. Bagaimana
aku bisa berada disini, dan alasan mengapa ini semua sudah tidak asing lagi
bagiku. Aku telah terbangun seperti ini beberapa kali sebelumnya dan aku selalu
melihat lelaki itu berbaring di ranjang sampingku. Aku tahu dia siapa, dan aku
tahu mengapa kita berada disini. Aku tahu bahwa lelaki disampingku ini
meninggal akibat dari kecelakaan mobil yang dialaminya karena disaat itu ia
sedang mengemudi sambil bertengkar dengan kekasihnya melalui telepon.
Setelah kecelakaan terjadi ambulans
langsung membawa lelaki ini ke UGD terdekat, dan tak lama kemudian kekasihnya
datang dengan air mata yang telah menggenangi setengah wajahnya. Penuh dengan
rasa penyesalan dan kesedihan melihat lelaki yang ia cintai hendak
menghembuskan nafas terakhirnya, perempuan ini mengambil benda tertajam yang
bisa dia raih dan mulai mencelakai dirinya sendiri. Berharap dapat menyusul
kekasihnya yang terbaring tak berdaya.
“Siapakah
dia”
Aku bertanya.
“Siapakah
diriku”
Engkau mungkin ingin tahu.
Tapi, apa yang semestinya kulakukan?
Cinta bukankah dibawa sampai mati?
Lalu,
obat bius itu mematikan seluruh tubuhku.
Also manufactures are attracting thin wafers - of an undisclosed width
ReplyDelete- to 2017.
Feel free to surf to my weblog www.zdrowie-diety.com.pl
First of all, there are specific techniques
ReplyDeleteto incorporate to befriend the actual proverbial gatekeeper.
Take it a step at a along with there will wind up being improvement.
Also visit my web site: http://www.swiattechniki.com.pl/
So you will need to take some important points from
ReplyDeletesetting up Registry Winner computer software program. The later is normally obviously the best choice.
my web site ... swiadomespoleczenstwo